Dulu, awan putih yang menggantung di langit biru jadi pemandangan yang menenangkan. Tapi sekarang, tak jarang kita menyaksikan awan tampak kusam, keabu-abuan, atau bahkan kekuningan, meski bukan musim hujan. Fenomena ini bukan hanya perubahan cuaca biasa, bisa jadi ini adalah tanda bahwa udara kita sedang tidak sehat.

Apa yang Terjadi pada Awan?

Polusi udara bukan cuma berdampak ke tanah dan manusia, tapi juga mempengaruhi atmosfer. Zat-zat pencemar seperti karbon monoksida, nitrogen dioksida, sulfur dioksida, dan partikel halus (PM2.5) dapat naik ke langit dan memengaruhi warna serta kejernihan awan. Awan yang sebelumnya bersih kini tercampur partikel polusi, membuatnya tampak buram dan suram.

Dampak Polusi Udara bagi Kesehatan

Menurut Kementrian Kesehatan RI, polusi udara menjadi salah satu ancaman serius terhadap kesehatan masyarakat. Partikel halus seperti PM2.5 yang terhirup dapat masuk jauh ke dalam paru0paru dan bahkan ke aliran darah. Akibatnya, risiko gangguan pernapasan seperti asma dan bronkitis meningkat. Tak hanya itu, paparan jangka panjang terhadap udara tercemar juga dikaitkan dengan penyakit jantung, stroke, dan bahkan kanker paru-paru.

Lebih mengkhawatirkannya lagi, ibu hamil yang sering terpapar udara kotor berisiko melahirkan bayi prematur atau bayi dengan berat badan rendah. Bahkan, anak-anak dan lansia menjadi kelompok yang paling rentan terdampak.

Lalu, Apa yang Bisa Kita Lakukan?

Mengembalikan langit biru bukan hal yang mustahil. Langkah-langkah kecil berikut bisa membawa dampak besar jika dilakukan bersama, seperti:

Menghirup udara segar dan  melihat awan cerah bukan lagi kemewahan. Tapi kita harus aktif menjaga kualitas udara agar bisa menikmatinya setiap hari.