Penurunan fungsi lahan atau degradasi lahan adalah perubahan tanah yang awalnya subur menjadi tanah tandus. Penyebab degradasi lahan dapat bermacam-macam mulai dari akibat adanya cuaca ekstrim semisal kemarau berkepanjangan atau akibat adanya aktivitas manusia yang mengakibatkan penurunan kualitas lahan. Degradasi lahan dapat mengancam produksi makanan, mata pencaharian, dan produksi serta persediaan bahan dan fungsi lain dari ekosistem.
Pada abad 20 - 21 degradasi lahan telah berlangsung lebih cepat dibandingkan abad-abad sebelumnya, penyebabnya karena dampak dari meningkatnya produksi agrikultur dan peternakan (penanaman berlebih, penggembalaan berlebihan, alih fungsi hutan), urbanisasi, deforestasi, dan cuaca ekstrim seperti kemarau panjang, serta ombak tinggi.
Selain itu, kondisi sosial dan lingkungan saat ini juga memberi beban berat terhadap keberadaan tanah subur di seluruh dunia. Padahal apabila degradasi lahan dan penggurunan lahan terus terjadi hal ini dapat mengakibatkan masalah bagi kesehatan manusia. Saat lahan terdegradasi dan menjadi gurun, produksi makanan akan menurun, sumber mata air juga dapat menjadi kering yang membuat masyarakat harus berpindah tempat tinggal ke kawasan yang lebih dapat dihuni.
Selain mengancam ketersediaan pangan, degradasi lahan juga dapat mengganggu siklus air. Degradasi lahan dan hutan dapat mengganggu siklus air “green water” yang berperan terhadap setengah hujan yang terjadi di permukaan tanah. Degradasi tanah mengakibatkan air yang jatuh ke tanah tidak dapat tertahan, sehingga air akan sulit diserap oleh tanah yang dalam jangka panjang dapat mengakibatkan air tanah habis. Menurut World Economic Forum pada 2030 kebutuhan akan air bersih akan 40% lebih besar dibandingkan suplai yang ada. Selain itu, setengah produksi makanan dunia akan terancam jika tidak ada tindakan nyata untuk menyelamatkan dan menjaga ekosistem penunjang sumber air bersih.
Menurut World Economic Forum 22% emisi global diakibatkan karena penggunaan lahan yang tidak berkelanjutan. Akibatnya banyak kawasan yang awalnya subur kini menjadi tandus. Jika terus dibiarkan, lahan tandus dan kenaikan iklim secara global dapat membawa bumi ke titik puncak masalah iklim. Alih fungsi lahan terutama di kawasan pesisir turut menjadi faktor utama masalah iklim, setidaknya terdapat 300 juta orang yang saat ini terancam terkena banjir dan badai akibat hilangnya kawasan pembatas yang terdiri dari ekosistem pesisir.
Degradasi lahan juga dapat mengakibatkan hilangnya keragaman hayati. Alih fungsi lahan menjadi penyebab utama terjadinya deforestasi yang menyebabkan banyak hewan serta tumbuhan terancam punah akibat kerusakan habitat. Padahal untuk menjaga kelangsungan agrikultur kita memerlukan kekayaan hayati, namun jasa lingkungan senilai 10.6 triliun hilang setiap tahunnya akibat degradasi lahan.
Untuk menghadapi masalah degradasi lahan ada beberapa hal yang bisa kita lakukan:
- Lakukan penanaman pohon kembali
Penanaman pohon kembali dapat mencegah terjadinya degradasi lahan. Dengan penanaman pohon dan tanaman tutupan lainnya lapisan tanah subur yang berada di permukaan tidak akan terkikis oleh abrasi ataupun erosi. Akar-akar tanaman berfungsi sebagai penguat tanah sehingga saat tanah terkena angin kencang atau arus air. Selain itu daun-daun dan dahan tanaman dapat berfungsi sebagai pemecah angin dan air sehingga arus yang diciptakan tidak terlalu besar.
- Melakukan pertanian yang berkelanjutan
Pertanian berkelanjutan merupakan salah satu cara untuk mencegah degradasi lahan. Dengan melakukan rotasi tanaman, penggunaan pupuk kandang, dan tidak menggunakan pestisida kimia adalah beberapa contoh cara melakukan pertanian berkelanjutan. Pertanian berkelanjutan memastikan kondisi tanah dapat terus subur dengan memastikan unsur hara di tanah tetap terjaga. Pertanian berkelanjutan merupakan cara yang efektif untuk kita menjaga kondisi tanah dari degradasi lahan namun tetap dapat memanfaatkannya.
- Tata kelola kota yang ramah lingkungan
Membuat tata kelola yang ramah lingkungan penting untuk mencegah degradasi lahan. Sering kali degradasi lahan di mulai dari alih fungsi lahan tanpa pengawasan yang tepat. Akibatnya banyak kawasan hijau yang awalnya subur berganti menjadi kawasan urban yang tandus. Oleh karena itu, peelu adanya tata kelola kota yang ramah lingkungan, pembatasan pembukaan lahan, optimalisasi kawasan yang ada, dan pengaturan kawasan hijau adalah beberapa contoh tata kelola yang ramah lingkungan.
- Pembuatan infrastruktur pencegah erosi
Dalam menanggulangi degradasi lahan salah satu cara yang dapat dilakukan adalah dengan pembentukan infrastruktur pencegah erosi. Degradasi lahan sering kali terjadi di kawasan tebing karena kawasan ini rawan mengalami erosi dan abrasi. Pembuatan infrastruktur pencegah erosi semisal terasering adalah contoh tindakan yang dapat dilakukan. Terasering dapat membantu tanah menjaga unsur hara dengan mengurangi laju angin dan air yang mengenai tanah.