Graha Polinema 4th Floor, Jl. Soekarno Hatta No.9, Malang City, East Java, Indonesia

image

Es laut Antartika mencapai rekor terendah pada bulan Februari, menurut sebuah penelitian di jurnal Frontiers in Environmental Science. Penyebab kerusakan besar ini adalah meningkatnya suhu global. Rekan penulis studi tersebut, Anna Hogg, memperingatkan bahwa dibutuhkan waktu puluhan tahun atau puluhan abad agar es pulih, karena pencairan gunung bukanlah masalah yang dapat diselesaikan dengan cepat.

Dibandingkan dengan rata-rata selama 40 tahun terakhir, jumlah minimum es laut tahun ini adalah 20% lebih rendah, atau menghilang hampir sepuluh kali lipat luas Selandia Baru. Bumi dapat mencapai tipping point yang berpotensi menghasilkan perubahan yang tidak dapat diubah dan memiliki dampak yang tidak dapat dihentikan oleh generasi mendatang, kata Tim Naish, direktur Pusat Penelitian Antartika di Universitas Victoria Wellington.

Studi tersebut menunjukkan bahwa pemanasan global yang disebabkan oleh bahan bakar fosil telah membuat Antartika lebih rentan terhadap kejadian ekstrem. Meskipun dampak pastinya terhadap Antartika dan lautannya masih belum pasti, para ilmuwan mengantisipasi semakin intensifnya kejadian ekstrem seiring dengan kenaikan suhu global. Menurunnya es laut secara cepat merupakan indikator meningkatnya risiko ini.

Tahun lalu, lapisan es musim panas di Antartika turun hingga di bawah 2 juta kilometer persegi untuk pertama kalinya sejak tahun 1978. Aliran atmosfer Australia meningkatkan panas dan kelembapan subtropis mencapai 38,5 Celcius di atas normal, yang merupakan varian global terbesar sejak tahun 1978.

sumber: reuters.com