BumiBaik Writer
31/01/24
Carbon Capture and Storage (CCS) adalah sebuah teknologi yang digunakan untuk mitigasi pemanasan global dengan cara mengurangi emisi CO2 ke atmosfer. Rangkaian teknologi ini meliputi pemisahan dan penangkapan (capture) CO2 dari sumber emisi gas buang (flue gas), pengangkutan CO2 tertangkap ke tempat penyimpanan (transportation), dan penyimpanan ke tempat yang aman (storage). Penangkapan CO2 sering digunakan dalam proses produksi hidrogen pada skala laboratorium atau komersial. Kemudian, proses pengangkutan dilakukan menggunakan pipa atau tanker seperti pada LPG, LNG, sedangkan proses penyimpanan dilakukan dengan memasukannya ke dalam lapisan batuan di bawah permukaan bumi sekaligus sebagai perangkap gas hingga tidak lepas ke atmosfer lagi, atau diinjeksikan ke laut pada kedalaman tertentu.
Dilansir dari International Energy Agency (IEA), sebanyak 56% total emisi global merupakan volume emisi CO2 akibat pembakaran bahan bakar fosil. Persentase ini dihitung berdasarkan sekitar 7500 instalasi besar penghasil emisi CO2 (large stationary point sources) yang memproduksi lebih dari 1000.000 ton CO2 setiap tahunnya. Menurut IEA, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkontribusi dalam menghasilkan emisi karbon sebanyak lebih dari 60% dari sumber emisi utama. Untuk dapat mengurangi emisi CO2 dalam jumlah besar adalah logis jika dilakukan pengendalian (penangkapan CO2) yang dihasilkan dalam gas buang dari pembangkit listrik.
Tidak semudah yang dibayangkan, upaya ini memiliki tantangan dimana gas buang tersebut secara umum memiliki karakteristik bertekanan rendah dengan konsentrasi CO2 yang rendah juga. Maka, bisa dikatakan, upaya ini memerlukan proses tambahan dimana energi cukup besar dibutuhkan untuk mensukseskan proses pemisahannya. Beberapa hal yang harus diiantisipasi agar dapat menciptakan proses penangkapan CO2 yang efektif dan efisien. Selain itu, perbaikan teknologi, pembiayaan, dan legalisasi juga perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk mengimplementasikan CCS. Bagaimana? Sudah cukup paham belum dengan arti dari istilah Carbon Capture and Storage (CCS)? Download aplikasi BumiBaik agar tak ketinggalan belajar tentang bumi!
Dilansir dari International Energy Agency (IEA), sebanyak 56% total emisi global merupakan volume emisi CO2 akibat pembakaran bahan bakar fosil. Persentase ini dihitung berdasarkan sekitar 7500 instalasi besar penghasil emisi CO2 (large stationary point sources) yang memproduksi lebih dari 1000.000 ton CO2 setiap tahunnya. Menurut IEA, Pembangkit Listrik Tenaga Uap (PLTU) berkontribusi dalam menghasilkan emisi karbon sebanyak lebih dari 60% dari sumber emisi utama. Untuk dapat mengurangi emisi CO2 dalam jumlah besar adalah logis jika dilakukan pengendalian (penangkapan CO2) yang dihasilkan dalam gas buang dari pembangkit listrik.
Tidak semudah yang dibayangkan, upaya ini memiliki tantangan dimana gas buang tersebut secara umum memiliki karakteristik bertekanan rendah dengan konsentrasi CO2 yang rendah juga. Maka, bisa dikatakan, upaya ini memerlukan proses tambahan dimana energi cukup besar dibutuhkan untuk mensukseskan proses pemisahannya. Beberapa hal yang harus diiantisipasi agar dapat menciptakan proses penangkapan CO2 yang efektif dan efisien. Selain itu, perbaikan teknologi, pembiayaan, dan legalisasi juga perlu diperhatikan sebelum memutuskan untuk mengimplementasikan CCS. Bagaimana? Sudah cukup paham belum dengan arti dari istilah Carbon Capture and Storage (CCS)? Download aplikasi BumiBaik agar tak ketinggalan belajar tentang bumi!