Graha Polinema 4th Floor, Jl. Soekarno Hatta No.9, Malang City, East Java, Indonesia

image

Panas ekstrem ditentukan berdasarkan suhu rata-rata di suatu lokasi, yang sangat bervariasi di seluruh dunia. Suhu sebesar 25 derajat Celcius mungkin memecahkan rekor di beberapa bagian Kanada pada musim semi, namun mungkin berada di bawah rata-rata untuk periode yang sama di Timur Tengah.

Gas seperti karbon dioksida, metana, dan dinitrogen oksida berperan penting dalam menghentikan pantulan atau hilangnya panas dari atmosfer kita. Ketika proses-proses ini seimbang, suhu planet akan tetap layak huni.

Menurut Martin Jucker, dosen di Pusat Penelitian Perubahan Iklim di Universitas New South Wales di Australia, gas rumah kaca yang memerangkap panas adalah akar permasalahannya. Namun peningkatan jumlah gas rumah kaca di atmosfer yang tidak berkelanjutan berarti lebih banyak panas yang terperangkap, sehingga menciptakan efek pemanasan global secara keseluruhan dan anomali iklim lainnya.

Misalnya, udara yang lebih hangat menahan lebih banyak kelembapan sehingga mengakibatkan badai yang lebih kuat dan lebih sering terjadi. Menurut para ilmuwan, perubahan iklim memperkuat durasi, intensitas, dan jangkauan geografis gelombang panas.

Dampak terhadap wilayah perkotaan dan kesehatan

Beberapa tempat atau kota lebih hangat dibandingkan daerah pedesaan di sekitarnya. Sangat sedikitnya tanaman hijau yang menyerap panas, ditambah dengan penggunaan teknologi pendingin seperti AC menciptakan lonjakan permintaan energi, termasuk bahan bakar fosil yang menjadi penyebab utama krisis iklim.

Selain berdampak pada krisis iklim, paparan suhu yang lebih tinggi dari biasanya juga menimbulkan masalah kesehatan mulai dari serangan panas dan dehidrasi hingga stres kardiovaskular. Yang paling mematikan adalah kombinasi suhu yang melonjak dan kelembapan yang tinggi, di mana udara lembap mengganggu kemampuan tubuh untuk mendinginkan tubuh melalui keringat.

Pada bulan Mei, sebuah penelitian memperingatkan bahwa seperlima populasi dunia akan terkena panas ekstrem dan berpotensi mengancam nyawa pada akhir abad ini jika kita mengikuti jalur iklim saat ini. Mereka yang memiliki penyakit jantung sebelumnya sangat rentan dan berisiko, karena respons tubuh terhadap panas adalah dengan memompa lebih banyak darah ke kulit untuk membantu pendinginan.

Sumber: scmp.com