Graha Polinema 4th Floor, Jl. Soekarno Hatta No.9, Malang City, East Java, Indonesia

image

Benua Eropa saat ini telah menjadi “Fastest Warming Continent”. Dibuktikan dengan kenaikan suhu sebanyak 2 derajat Celcius, yaitu 2 kali lipat lebih banyak dari rata-rata kenaikan suhu secara global. Pada hari Senin lalu, dua organisasi pemerhati iklim dunia melaporkan, bahwa kondisi bumi saat ini sudah semakin mengkhawatirkan, khususnya yang berkaitan dengan kesehatan manusia, mencairnya gletser, dan aktivitas perekonomian. 

United Nations World’s Meteorological Organization dan European Union’s Climate Agency, Copernicus, menyatakan dalam laporan gabungannya, bahwa Eropa dapat memperlambat laju krisis iklim dengan mengembangkan penggunaan dan pemanfaatan strategi energi terbarukan seperti tenaga surya, angin, arus air, dan panas bumi. Upaya-upaya ini sebenarnya telah dilakukan selama 2 tahun terakhir, dimana tahun lalu sebanyak 43% listrik di Eropa telah dihasilkan dari energi terbarukan, hal ini merupakan peningkatan sebesar 36% dari tahun sebelumnya. 

Dalam 5 tahun terakhir, suhu di Eropa telah mencapai kenaikan 2.3 derajat Celcius diatas pra-industrial level, dan jika dibandingkan dalam skala global, suhu di Eropa lebih tinggi 1.3 derajat Celcius. Dan tahun-tahun berikutnya, Eropa menyaksikan sendiri kenaikan suhu yang terus berlanjut, sebagai implikasi dari buruknya kondisi iklim, seperti kebakaran hutan, fenomena gelombang panas, gletser es yang mencair, dan berkurangnya salju yang turun. Kekhawatiran berikutnya terfokus pada kesehatan manusia, dimana telah dilaporkan tahun lalu setidaknya sebanyak 150 jiwa melayang karena bencana alam banjir, badai, dan kebakaran hutan yang menjadi efek domino perubahan iklim.

Kerugian lainnya yang harus dibayar oleh Eropa atas kenaikan suhu tersebut adalah kerugian ekonomi yang mencapai 13.4 milyar Euro pada tahun 2023. Cuaca ekstrem yang saat ini juga sedang berlangsung di Eropa, berkontribusi dalam terjadinya banjir, kekeringan, dan kebakaran hutan. Dalam hal ini, Eropa pun menyusun strategi adaptasi perubahan iklim yang berada dibawah naungan European Union Adaptation Strategy. Beberapa poin strategi yang dibentuk menggambarkan visi jangka panjang agar EU menjadi tangguh terhadap perubahan iklim di tahun 2050. Setiap negara diminta untuk mengajukan dan menyusun strategi yang sesuai dengan kondisi dan risiko yang berbeda di setiap negara-negara EU. 

Beberapa contoh proyek EU Adaptation Strategy adalah:
  1. 1. Mencegah banjir melalui langkah-langkah adaptasi perkotaan, seperti membuat pintu air baru di Kanal Albert di Flanders, Belgia.
  2. 2. Menghemat energi dan mengurangi emisi dengan nature-based solution, seperti atap hijau atau green roofs. 

Saat keseluruhan EU telah mengukur dan menganalisis dampak buruk perubahan iklim, namun ternyata secara spesifik, dampak tersebut akan sangat variatif tergantung dengan topografi dan bentang alam setiap negara seperti penjabaran dari assessment yang dilakukan oleh European Environment Agency:
  1. 1. Suhu Panas dan Dingin:
  2.    a. Suhu udara rata-rata diprediksi akan meningkat secara bertahap di seluruh Eropa. Gelombang panas ekstrem diperkirakan meningkat lebih cepat daripada suhu rata-rata. Gelombang panas lembab, da[at menimbulkan risiko besar bagi kesehatan manusia, diprediksi akan meningkat pesat di seluruh wilayah Eropa.
  3. 2. Angin:
  4.    a. Model iklim memperkirakan perubahan yang relatif kecil pada aspek rata-rata kecepatan angin. Intensitas badai diperkirakan meningkat di seluruh Eropa, tetapi perubahan frekuensinya diproyeksikan berbeda di tiap wilayah.
  5. 3. Salju dan Es:
  6.    a. Curah salju diperkirakan akan menurun di Eropa bagian tengah dan selatan. Tutupan salju diperkirakan akan menurun di seluruh wilayah Eropa.
  7. 4. Wilayah Pesisir:
  8.    a. Sebagian besar wilayah pesisir di Eropa akan mengalami peningkatan permukaan laut rata-rata lebih lanjut dan ekstrem, kecuali di Laut Baltik utara, di mana permukaan tanah masih naik setelah zaman es terakhir.
  9. 5. Lautan Terbuka:
  10.    a. Suhu permukaan laut diperkirakan meningkat di semua laut regional Eropa, dengan peningkatan gelombang panas laut terkait. Laut Eropa juga diperkirakan akan menjadi lebih asam. 

Dengan begitu, pemerintah Eropa terus mendorong adanya percepatan riset dan pengembangan solusi terhadap ancaman-ancaman perubahan iklim. Harapannya, solusi-solusi tepat guna tersebut dapat menekan angka kenaikan suhu dan meminimalisir frekuensi bencana alam yang akhir-akhir ini banyak menyebabkan kerugian dan kehilangan korban jiwa. Tidak hanya Eropa, tetapi benua lainnya juga harus cepat tanggap dalam mengantisipasi krisis iklim, sehingga kesejahteraan dan keseimbangan alam serta aspek kehidupan lainnya dapat terjaga.

Teman Baik juga bisa mendukung upaya pemerintah Indonesia untuk mencapai tujuan FOLU Net Sink dengan mempraktikkan pola hidup sehat dan berkelanjutan yang ramah bagi lingkungan. Juga, kalian dapat mendukung produk lokal untuk berkembang dan meminimalisir jejak karbon akibat aktivitas perdagangan dan bisnis, demi masa depan yang baik untuk Bumi!