Graha Polinema 4th Floor, Jl. Soekarno Hatta No.9, Malang City, East Java, Indonesia

image


Sampah plastik bukan hanya masalah visual di lingkungan kita. Dampaknya jauh lebih dalam, mempengaruhi iklim global dan kesehatan lautan.Produksi plastik sangat bergantung pada bahan bakar fosil. Menurut World Economic Forum, jika tren saat ini berlanjut, plastik akan menyumbang 20% dari konsumsi minyak global pada tahun 2050. Selain itu, hanya 16% plastik yang didaur ulang; sisanya dibakar, dibuang ke TPA, atau mencemari lingkungan. Proses ini melepaskan gas rumah kaca seperti metana dan etilena, yang mempercepat pemanasan global. 

Dampak Terhadap Ekosistem Laut:

Sampah plastik yang masuk ke lautan tidak hanya mencemari, tetapi juga mengganggu ekosistem. Mikroplastik dapat menghambat kemampuan plankton untuk menyerap karbon dioksida dan menghasilkan oksigen. Mengganggu proses ini berarti mengurangi kapasitas lautan sebagai penyerap karbon alami, yang penting untuk menstabilkan iklim. 

Solusi: Ekonomi Sirkular dan Tindakan Individu

World Economic Forum menekankan pentingnya ekonomi sirkular untuk mengatasi polusi plastik. Ini mencakup desain ulang produk agar dapat digunakan kembali, didaur ulang, atau dikomposkan, serta investasi dalam infrastruktur pengumpulan dan pemrosesan limbah.



Sebagai individu, kita dapat:

- Membawa tumbler atau botol minum sendiri.

- Menggunakan tas belanja kain.

- Mengurangi penggunaan produk sekali pakai.

- Mendukung merek yang berkomitmen pada keberlanjutan.

Setiap tindakan kecil memiliki dampak besar ketika dilakukan secara kolektif.


Dengan memahami hubungan antara sampah plastik, perubahan iklim, dan ekosistem laut, kita dapat mengambil langkah nyata untuk melindungi planet ini. Mulailah dari diri sendiri dan jadilah bagian dari solusi.