Graha Polinema 4th Floor, Jl. Soekarno Hatta No.9, Malang City, East Java, Indonesia

image

Trio Kematian Penghancur Ekosistem Laut

Laut merupakan tempat yang penting untuk keberlangsungan ekosistem global. Cuaca dan iklim di seluruh dunia ditentukan oleh bagaimana kondisi laut yang ada. Selain itu, laut juga menjadi tempat tinggal berbagai bentuk kehidupan. Ekosistem laut yang baik dapat menjadi sumber makanan, obat, pekerjaan, dan wisata bagi masyarakat. Tapi tahukah kamu bahwa emisi gas rumah kaca juga dapat merusak ekosistem laut? 

Dampak Gas Rumah Kaca Terhadap Ekosistem Laut
Emisi gas rumah kaca menjadi penyebab utama terjadinya perubahan iklim global. Hal ini mengakibatkan ekosistem di laut dan kawasan pesisir mengalami perubahan kondisi yang berujung pada perpindahan habitat. Perpindahan habitat ini mengakibatkan perubahan struktur rantai pangan yang berbeda sehingga menghasilkan perubahan yang signifikan pada ekosistem semula. Jika terus dibiarkan hal ini dapat menyebabkan terjadinya kepunahan massal pada berbagai spesies makhluk hidup yang ada. Dan berujung pada runtuhnya ekosistem.
Perpindahan habitat ini sering kali disebabkan karena rusaknya sebuah habitat. Ada 3 faktor yang dapat menjadi indikator utama penyebab hancurnya habitat di lautan yaitu kenaikan suhu laut, kenaikan kadar asam laut, dan penurunan kadar oksigen laut. Ketiga faktor ini dapat mempengaruhi kondisi ekosistem laut baik secara langsung maupun tidak langsung. Ketiga faktor ini dapat menyebabkan kehilangan keragaman hayati serta penurunan fungsi dan struktur ekosistem.

Kenaikan kadar asam laut
Kenaikan kadar asam laut terjadi akibat tingginya kadar gas emisi karbon yang terlarut di laut. Tingginya kadar gas emisi karbon di laut membuat jumlah kalsium karbonat yang dapat diserap organisme menjadi berkurang. Akibatnya hewan seperti coral, molusca, dan beberapa jenis plankton mengalami kesulitan untuk dapat bertahan. Padahal hewan-hewan tersebut merupakan vital dalam keberadaan ekosistem semisal sebagai produsen makan, tempat tinggal, atau penyaring air laut.

Kenaikan suhu air laut
Pemanasan global mengakibatkan kenaikan suhu air laut. Kondisi air yang menghangat mengakibatkan perubahan metabolisme pada hewan. Sebagai contoh, naiknya suhu air laut dapat meningkatkan kebutuhan oksigen makhluk hidup. Dampaknya hewan yang aktif bergerak akan mengubah pola geraknya yang dapat mengganggu rantai makanan. Selain itu dalam fenomena ekstrim dikenal istilah gelombang panas laut yang dapat mengakibatkan kematian secara langsung terhadap hewan asli di kawasan tersebut. Dengan kematian hewan asli dikawasan tersebut memberi kesempatan terhadap hewan invasif untuk masuk dan merusak keunikan ekologis di kawasan tersebut.

Penurunan kadar oksigen laut
Penurunan kadar oksigen di laut terjadi akibat adanya kenaikan suhu air laut. Air laut yang semakin hangat mengakibatkan semakin sedikit oksigen terlarut yang dapat disimpan air. Padahal hal ini berjalan beriringan dengan kenaikan konsumsi oksigen hewan laut, serta peningkatan stratifikasi dan perubahan dalam ventilasi. Selain itu, naiknya nutrisi dalam air akibat sisa hasil pertanian juga semakin memperparah penurunan kadar oksigen di laut. Penurunan kadar oksigen di laut dapat menyebabkan kondisi hipoksia dan anoksia yang dapat berbahaya untuk hewan laut terutama yang menetap di satu tempat.

Kondisi Dunia Saat Ini
Dengan berbagai indikator tersebut, lantas bagaimana kondisi laut kita saat ini? Sayangnya kondisi bumi laut saat ini tengah tidak baik-baik saja. Menurut IPCC dan UNFCC 2021 lautan saat ini telah menyerap 91% panas akibat efek gas rumah kaca dan 30% emisi karbon. IPPC pada 2023 juga menyebut bahwa semenjak era sebelum industrialisasi hingga saat ini kadar keasaman laut telah naik secara terus menerus dengan penurunan ph sebesar 30%. Selain itu suhu laut juga terpantau terus mengalami kenaikan semenjak 1920. NOAA juga menyebut pada 2023 rata-rata suhu permukaan air laut mencapai rekor suhu tertingginya yaitu 21.1 oC di bulan april. Sementara itu, saat ini kawasan pesisir yang mengalami hypoxia telah meluas menjadi 4 kali lipat dibandingkan tahun 1950. Peneliti juga memperkirakan laut seluruh dunia akan kehilangan 3-4% jumlah oksigen terlarutnya pada 2100.

Dengan fakta-fakta tersebut tentu penting bagi kita untuk segera melakukan langkah nyata guna mengurangi dampak lingkungan yang terjadi. Beberapa langkah yang dapat kita lakukan diantaranya

Melakukan manajemen penangkapan ikan
Dengan membuat manajemen penangkapan ikan, masyarakat di kawasan pesisir dapat beradaptasi untuk mengahadapi tantangan perubahan iklim. Manajemen penagkapan ikan menghindari terjadinya penangkapan ikan secara berlebihan dan memastikan ekosistem laut tetap terjaga

Memberagamkan tangkapan ikan/ Akuakultur
Dengan memberagamkan hasil tangkapan laut serta melakukan budidaya ikan akan membantu kita membangun ketahan pangan yang tetap stabil di saat terjadi gejolak perubahan iklim.

Mengurangi penggunaan energi
Dengan mengurangi penggunaan energi kita dapat menurunkan emisi karbon yang kita gunakan sehari-hari. Dengan bersama mengurangi emisi karbon kita dapat membantu mengurangi laju kenaikan pemanasan dan pengasaman di laut.

Berbelanja berkelanjutan
Dengan merencanakan makanan laut yang kita makan berasal dari proses industri yang berkelanjutan kita dapat membantu menjaga ekosistem laut tetap terjaga. Proses industri yang berkelanjutan akan memastikan proses pengolahan yang dilakukan dapat tetap memberi ruang untuk ekosistem sembuh kembali

Hidup menjaga lingkungan
Dengan kita hidup menjaga lingkungan kita dapat turut berkontribusi mengurangi dampak kerusakan ekosistem laut. Hal ini dapat dilakukan dengan ikut dalam acara pelindungan terumbu karang, memperhatikan jangkar saat berperahu agar tidak merusak trumbu karang atau padang lamun, tidak menyentuh terumbu karang saat menyelam atau snorkeling, serta menghindari penggunaan tabir surya saat menyelam karena dapat mengendung bahan kimia beracun bagi hewan laut.